Kamis, 07 Maret 2013

Sifat Dan Ciri-Ciri Istri Shalihah

Sifat Dan Ciri-Ciri Istri Shalihah

 Diambil di Cinta Dalam Islam
Akad pernikahan bagi seorang wanita muslimah adalah janji ketaatan kepada Allah, kemudian kepatuhan pada suami. Sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah
berkata kepada seorang istri, saat wanita itu menjelaskan pelayanannya terhadap suaminya selama ini,

Hushain bin Mihshan berkata: "Bibiku berkisah padaku, ia berkata: "Aku pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena suatu kebutuhan, beliaupun bertanya:"Wahai wanita, apakah engkau telah bersuami?" "Iya," jawabku. "Bagaimana engkau terhadap suamimu?" tanya beliau. "Aku tidak mengurang-ngurangi dalam mentaatinya dan berkhidmat padanya, kecuali apa yang aku tidak mampu menunaikannya," jawabku."Lihatlah di mana keberadaanmu terhadap suamimu, karena dia adalah surga dan nerakamu," sabda beliau. (HR. Ibnu Abi Syaibah dan selainnya, dishahihkan sanadnya oleh Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullah dalam Adabuz Zifaf, hal. 179)

Artinya, hadits ini bukan berbicara soal bahwa kebutuhan seks yang wajib dipenuhi oleh pasangan itu hanyalah kebutuhan suami saja. Ini terkait soal kewajiban istri patuh pada suami dalam hal yang dihalakan oleh Allah.

**Berikut ciri-ciri istri shalihah berdasarkan Al-qur'an dan Hadits**

1. Patuh dan taat kepada suaminya.

Apapun titel, pekerjaan, pangkat dan kedudukan sang istri, di dalam rumah tangganya, ia wajib patuh dan taat kepada suaminya. Patuh dan taat dalam konteks ini, yaitu dalam batas-batas yang tidak menyimpang dari ajaran agama atau selama suaminya masih menjalankan ketentuan-ketentuan Allah.

Perintah taat kepada suami, dinyatakan Allah:
"Laki-laki adalah pemimpin atas perempuan-perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka [laki-laki] atas sebagian yang lain [perempuan] dan dengan sebab sesuatu yang telah mereka [laki-laki] nafkahkan dari harta-hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh ialah yang taat lagi memelihara diri dibalik belakang suaminya sebagaimana Allah telah memelihara dirinya." [QS. 4:34]

2. Penuh kasih sayang selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: "Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha." (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

3. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.

Berkhidmat kepada suami ini telah dilakukan oleh wanita-wanita utama lagi mulia dari kalangan shahabiyyah, seperti yang dilakukan Asma' bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu 'anhuma yang berkhidmat kepada Az-Zubair ibnul Awwam radhiallahu 'anhu, suaminya. Ia mengurusi hewan tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kudanya, menjahit dan menambal embernya, serta mengadon tepung untuk membuat kue. Ia yang memikul biji-bijian dari tanah milik suaminya sementara jarak tempat tinggalnya dengan tanah tersebut sekitar 2/3 farsakh1. (HR. Bukhari no. 5224 dan Muslim no. 2182)

Demikian pula khidmatnya Fathimah bintu Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam di rumah suaminya, Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu, sampai-sampai kedua tangannya lecet karena menggiling gandum. Ketika Fathimah datang ke tempat ayahnya untuk meminta seorang pembantu, sang ayah yang mulia memberikan bimbingan kepada yang lebih baik: "Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua apa yang lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu? Apabila kalian mendatangi tempat tidur kalian atau ingin berbaring, bacalah Allahu Akbar 34 kali, Subhanallah 33 kali, dan Alhamdulillah 33 kali. Ini lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu." (HR. Al-Bukhari no. 6318 dan Muslim no. 2727)


4. Tidak memberikan Kemaluannya kecuali kepada suaminya.

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman." (an-Nuur: 2-3).

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk," (al-Israa': 32)

"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina," (al-Furqaan: 68-69).

"Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (al-Mumtahanah: 12).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, "Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong," (HR Muslim no.107).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah SAW. bersabda, "Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia dalam keadaan mukmin,"

Masih diriwayatkan darinya dari Nabi SAW. beliau bersabda, "Jika seorang hamba berzina maka keluarlah darinya keimanan dan jadilah ia seperti awan mendung. Jika ia meninggalkan zina maka kembalilah keimanan itu kepadanya," (Shahih, HR Abu Dawud no.4690).

Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda kepada para sahabatnya, "Bagaimana pandangan kalian tentang zina?" Mereka berkata, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram sampai hari kiamat." Beliau bersabda, "Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri tetangganya,"(Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad no.103).

5. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. "Asma' bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?" Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: "Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami)." Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya." (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)

6. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya". (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: "Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.")


7. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta' (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya". (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)


8. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur." Ada yang bertanya kepada beliau: "Apakah mereka kufur kepada Allah?" Beliau menjawab: "Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: "Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali." (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)


9. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar'i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya." (HR. Muslim no.1436)


10. Melegakan hati suami bila dilihat.

Rasulullah bersabda, "Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi." (HR Ibnu Majah).


11. Amanah.

Rasulullah bersabda, "Ada tiga macam keberuntungan (bagi
seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamulihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu …" (HR Hakim).


12, Istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenangan berpikir dan berperasaan bagi suaminya.

Allah SWT berfirman, "Di antara tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir." (QS Ar Rum [30]: 21).


Apakah ada Kriteria Istri di jaman Sekarang ini seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits diatas...




Meraji:
Sumber: Al Qur'an dan Kitab Hadits
Ditulis Oleh -Ibhe Ananda- [Admin Cinta Dalam Islam]

Al-Kisah Pernikahan Seorang Laki-Laki Yang Sholeh Dengan Seorang Wanita Sholehah Yang Menikah Karena ALLAH, Ketika Keburukan Rupa Dan Kecacatan Fisik Menjadi Ujian Atas Pernikahan Mereka

Al-Kisah Pernikahan Seorang Laki-Laki Yang Sholeh Dengan Seorang Wanita Sholehah Yang Menikah Karena ALLAH, Ketika Keburukan Rupa Dan Kecacatan Fisik Menjadi Ujian Atas Pernikahan Mereka

Pernikahan Islam
Pernikahan Islam
Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku menjadi  makhluk  yang  paling berbahagia.  Tapi  yang aku  rasakan  justru  rasa haru  biru. Betapa tidak. Di hari  bersejarah ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke tempat  mempelai wanita.  Apalagi            ibu.   Beliau   yang  paling keras menentang perkawinanku. Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari,
“Jadi juga kau nikah sama buntelan karung hitam’ itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut ‘buntelan karung hitam’.
“Kamu sudah kena pelet barangkali Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!” sambung ibu lagi.
“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan  ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu…?” Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.
“Oh…. rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah Yanto. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!”
DEGG !!!!
“Yanto….  jangan  bengong  terus.  Sebentar  lagi  penghulu  tiba,”  teguran  Ismail membuyarkan lamunanku.
Segera kuucapkan istighfar dalam hati.
“Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.
“Aku  terima  nikahnya,  kawinnya  Shalihah  binti  Mahmud  almarhum  dengan  mas kawin  seperangkat alat sholat tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.
“Ya  Allah   hari   ini   telah   Engkau   izinkan   aku   untuk   meraih   setengah   dien. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain.”
Di kamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama.Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.
“Assalamu’alaikum …. permintaan hafalan Qur’annya mau di cek kapan De’…?”
tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya.
Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui. “Nanti  saja  dalam  qiyamullail,”  jawab  istriku,  masih  dalam  tunduknya.  Wajahnya  yang berbalut kerudung putih, ia sembunyikan  dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin  menolak.  Namun  ketika  aku  beri  isyarat  bahwa  aku  suaminya  dan  berhak  untuk melakukan itu , ia menyerah.
Kini  aku  tertegun  lama.  Benar  kata  ibu  ..bahwa  wajah  istriku  ‘tidak  menarik’. Sekelebat pikiran itu muncul ….dan segera aku mengusirnya.
Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.
“Bang, sudah saya katakan sejak awal ta’aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Kalau Abang kecewa,  saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan   Allah   memberikan   keberkahan   yang   banyak   untuk   Abang.   Seperti keberkahan  yang  Allah  limpahkan  kepada  Ayahnya  Imam  malik  yang  ikhlas  menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang  dibacakan  ibunya  Imam  Malik  pada  suaminya  pada  malam  pertama  pernikahan mereka,” …
Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS An-Nisa:19)
Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat- lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.
“Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas.”
Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.
“Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk,” ucapnya lagi.
“Tidak…De’.  Sungguh  sejak  awal  niat  Abang  menikahimu  karena  Allah.  Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi,” paparku sambil menggenggam erat tangannya.
Malam  telah  naik  ke  puncaknya  pelan-pelan.  Dalam  lengangnya  bait-bait  do’a kubentangkan pada Nya.
“Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri karena rupa yang cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa
cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !”
Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah istriku  denan  segenap  hati  yang  ikhlas.  Ah,  ..  sekarang  aku  benar-benar  mencintainya. Kenapa  tidak?  Bukankah  ia  wanita  sholihah  sejati.  Ia  senantiasa  menegakkan  malam- malamnya dengan munajat panjang pada-Nya.
Ia senantiasa menjaga hafalan Kitab-Nya. Dan senantiasa melaksanakan shoum sunnah
Rasul Nya.
“…dan   diantara   manusia   ada   orang-orang   yang   menyembah   tandingan- tandingan  selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun  orang-orang  yang  beriman  amat  sangat  cintanya  pada  Allah  …”  (QS.  al- Baqarah:165)
=========================================
Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat Yang Maha Pengasih…
http://tausyah.wordpress.com

Ketika Suami Harus Pulang Mendadak

Ketika Suami Harus Pulang Mendadak

Ketika Suami Harus Pulang Mendadak
Ilustrasi
Muslimahzone.com – Salahsatu saat yang penting lainnya adalah saat datangnya fitnah, kata Muhammad Abdul Halim Hamid, yaitu ketika seorang istri merasakan perubahan jiwa pada diri suaminya yang diakibatkan oleh pengaruh para pesolek jalanan yang menggoda. Maka hendaklah ia segera berdandan secantik mungkin. Hal ini dilakukan untuk memagarinya dari fitnah nafsu dan menghindarkan matanya dari melirik wanita lain.
Ada saatnya ketika pulang menemui istri menjadi keharusan. Mungkin tidak lama setelah suami Anda berangkat kerja. Mungkin ketika suami Anda sedang bepergian santai untuk menikmati suasana. Dan ia tiba-tiba pulang menemui Anda karena mengingat nasehat Rasulullah Muhammad Saw., “Jika salah seorang di antara kamu melihat wanita cantik dan hatinya menjadi cenderung kepada wanita itu, maka ia harus langsung pulang dan menemui istrinya dan mendatanginya di tempat tidur supaya ia terhindar dari pikiran yang kotor.” (HR Muslim).
Maka jika suatu saat suami Anda pulang mendadak dan mengajak Anda untuk melakukan jima’, berbahagialah. Karena suami Anda memelihara cinta dan kesetiaannya kepada Anda. Suami Anda masih menjaga agama dan kehormatan seksualnya. Rasa cintanya kepada Anda mencegah dia dari membiarkan pikirannya terkotori oleh fantasi yang bukan-bukan.
Karena itu, jika suatu ketika suami Anda harus pulang mendadak untuk memperoleh kehangatan dari Anda, segeralah membersihkan diri dan merapikan dandanan. Mintalah suami Anda untuk menunggu Anda berhias sejenak dengan sikap yang mesra, hangat dan menggemaskan. Atau, kalau suami Anda tidak sabar untuk memandangi wajah Anda, biarlah ia tertegun memandangi Anda ketika berhias. Akan tetapi kalau suami Anda tidak sabar menunggu Anda berhias, maka Anda lebih bijaksana. Jangan biarkan ia kecewa karena hasratnya tersendat beberapa saat. Doro- ngan seks laki-laki memang berbeda dengan dorongan seks wanita!
Ekspresi keinginan untuk melakukan hubungan seks antara Anda dan suami Anda memang berbeda!
Dari Abu Ali Thalaq bin Ali r.a., sesungguhnya Ra-sulullah Saw. bersabda,
“Apabila seorang suami mengajak istrinya, maka penuhilah segera meskipun ia sedang berada di dapur.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Abdullah bin Mas’ud r.a. mengatakan bahwa dia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang istri yang diajak oleh suaminya ke tempat tidurnya, tetapi dia menangguhkannya hingga suaminya tidur, maka istri tersebut dalam keadaan laknat.”
Begitulah. Maka ketika suami Anda harus pulang mendadak demi menyelamatkan agama, kehormatan seksnya, serta kesetiaan cintanya kepada Anda, segeralah menyambut suami Anda dengan kehangatan yang lain daripada hari-hari biasanya. Tunjukkanlah kerinduan Anda kepadanya dan tatapan mata cinta yang menggemaskan, sehingga ia semakin kuat hasratnya. Atau, (kalau anak-anak tak melihat) berikan kecupan hangat yang menggairahkan dan kemanjaan yang membuatnya dekat dengan Anda.
“Sebaik-baik istri kamu,” kata Rasulullah Saw., “ialah yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR Dailami dari Anas r.a.).
Sesudah itu, segeralah berhias secantik mungkin hanya untuk suami Anda seorang. Kalau perlu Anda bisa memakai ghumrah untuk mengharumkan pipi sekaligus menjadikannya bersemu merah. Anda juga bisa memakai pengharum kening dan nashiyah (ubun-ubun) sekaligus menjadi-annya tampak menarik. Pakailah gaun yang paling menyenangkan suami. Sebagian suami akan merasa begitu bahagia ketika melihat istrinya menggunakan gaun tertentu. Ia begitu terkesan olehnya.
Berhiaslah secantik mungkin. Tetapi jangan terlalu lama mematut di depan cermin, sehingga menjadikan suami Anda kesal menunggu. Apalagi ia pulang mendadak untuk menemui Anda karena desakan untuk menjaga kehormatan seks dan kesetiaan cintanya!
O ya, jangan lupa wewangian yang menghangatkan semangat. Berilah wewangian pada daerah-daerah lipatan, yaitu lipatan telinga, lipatan jari-jemari, ma’athif (antara leher dan geraham), ketiak, lipatan payudara serta kemaluan (kalau sempat). Atau, Anda juga bisa memberi wewangian pada tempat-tempat yang Anda harapkan suami bersemangat mengecupnya. Sebagian istri, sangat menikmati usapan dan kecupan pada tempat-tempat tertentu dibanding bagian lain tubuhnya.
Jika Anda masih menyimpan wewangian yang Anda pakai pada malam pertama, Anda bisa memakainya sekarang sehingga perasaannya semakin terbangkitkan dan mengingatkan pada keagungan jima’ di malam pertama. Jadikanlah saat ini seperti malam pertama atau lebih indah lagi. Semoga Allah memberikan kenikmatan yang paling besar barakahnya pada jima’ yang Anda lakukan saat ini. Semoga Allah semakin menguatkan jalinan perasaan (‘athifah) antara Anda dan suami Anda sehingga mencapai ulfah (keharmonisan). Dan semoga, kelak Anda berdua memperoleh keutamaan di akhirat disebabkan oleh besarnya keinginan Anda untuk membantu suami melaksanakan perintah Rasulullah Muhammad al-ma’shum, yaitu segera pulang dan mengajak istri berjima’ ketika hatinya tergoda di tengah perjalanan. Mudah-mudahan dari sini Allah memberikan keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah (ya Allah, karuniakanlah kepada kami keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah).
Jadi, jadikanlah diri Anda sebagai istri yang paling pandai membangkitkan syahwat suami ketika ia harus pulang mendadak menemui Anda.
sumber: Kupinang Engkau Dengan Hamdallah karya M. Fauzhiel Adhiem
(esqiel/islampos/muslimahzone.com)

Jumat, 01 Maret 2013

Tinggi, Seks Pra-Nikah Di Kalangan Pelajar Aceh

Tinggi, Seks Pra-Nikah Di Kalangan Pelajar Aceh

Tinggi, Seks Pra-Nikah Di Kalangan Pelajar Aceh
no khalwat!
MuslimahZone.com - Anggota Komisi E DPR Aceh dari PKS, Tgk. Makhyaruddin Yusuf, mendesak semua pihak ikut bertanggung jawab dan proaktif mencegah meluasnya pergaulan bebas di kalangan pelajar di Aceh. hal itu dikatakan Makhyaruddin, Sabtu (16/3/2013) terkait tingginya kasus pelaku seks pra-nikah di kalangan pelajar di Lhokseumawe dan Banda Aceh berdasarkan survey Dinas Kesehatan.
Menurutnya kejadian tersebut cukup memalukan karena label Aceh yang memberlakukan syariat Islam secara kaffah.
“Sangat memalukan di tengah upaya penerapan syariat Islam di Aceh, kasus pergaulan bebas dan seks pra-nikah justru sangat tinggi, semua pihak tidak boleh tinggal diam, terutama keluarga, pemerintah dan masyarakat,” jelas Makhyaruddin kepada islampos.
Ia juga melanjutkan supaya sekolah ikut memantau pergaulan para siswa supaya tidak terjerumus dalam prilaku menyimpang tersebut, kalau perlu tingkatkan pemahaman agama dan pendidikan moral dan wawasan hukum syariat. Demikian juga dengan kampus, supaya dapat memberikan pemahaman yang baik tentang hukum agama.
“Lembaga pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak muda, untuk itu sudah saatnya pendidikan akhlak, etika pergaulan, dan hukum agama ditingkatkan di semua level pendidikan di Aceh,” tambah anggota Dewan yang membidangi pendidikan tersebut.
Ia juga mengingatkan orang tua yang mengirim anaknya untuk kuliah ke kota-kota besar supaya terus memantau pergaulan dan memberi pemahaman tentang bahaya pergaulan bebas, karena selama ini tingkat pergaulan bebas di kalangan anak kos juga sangat mengkhawatirkan.
“Orang tua harus terus memantau perilaku anaknya supaya jangan asal kirim ke kota-kota besar untuk kuliah, tanpa diiringi dengan pembinaan moral, demikian juga dengan masyarakat supaya bersama-sama mengawasi perilaku para remaja,” tambahnya.
Menurut anggota Dewan PKS dari daerah pemilihan Aceh Timur, Langsa, dan Tamiang tersebut, solusi untuk masalah tersebut hanya bisa ditempuh dengan meningkatkan pemahaman agama bagi pelajar dan remaja.
ia juga menambahkan supaya semua elemen di Aceh jangan hanya suka mengkritik syariat Islam, tanpa memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat.
“Kalau syariat Islam di Aceh terus-menerus dikritik, akhirnya tidak sempat berbuat apa-apa, sedangkan pengaruh negatif terus masuk merusak generasi muda, kritik boleh saja asal dilakukan dengan baik dan memberi solusi terhadap masalah yang ada,” pungkasnya.
Tingginya angka pergaulan bebas di Aceh diungkapkan oleh Dr Hj Cut Meurah Yeni Sp OG, dalam seminar bertema, ‘Pengaruh Pergaulan Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi’ yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah (Orwil) Aceh, Kamis (14/2/2013), dengan mengutip hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi  Aceh pada tahun 2012 lalu, dimana Lhokseumawe menduduki peringkat pertama terbanyak pelaku seks pra-nikah di kalangan pelajar, yaitu 70 persen, menyusul Banda Aceh sebanyak 50 persen.
(esqiel/islampos.com/eramuslim.com)

Ketahuilah Kesiapan Dia!

Ketahuilah Kesiapan Dia!

Ketahuilah Kesiapan Dia!
Ilustrasi
MuslimahZone.com – Meski hasrat berkeluarga sudah begitu menggebu. Meski dia sangat menginginkanmu. Namun, jangan sekali-kali memasuki kehidupan yang baru bersamanya jika tak ada kesiapan yang matang padanya.  Syaikh Muhammad Barakat memberikan beberapa indikator kesiapan seorang pria untuk menikah. Berikut ini syarat-syarat yang dipaparkan pada buku ‘Pria & Wanita dalam Satu Gerbong’:
  1. Jika pria benar-benar bertekad untuk mengatur pola hidupnya sebaik-baiknya, sehingga ia memiliki kehidupan yang teratur, memiliki prioritas amal dan kehidupan yang berkualitas.
  2. Jika pria siap melepas sebagian kebebasannya demi memperoleh berbagai kesenangan dan kegembiraan, serta apa-apa yang akan diberikan istrinya dalam upaya istri membahagiakan dirinya.
  3. Jika pria telah melatih dirinya untuk bermurah hati dan berlapang dada dan siap mendengar pendapat yang berbeda dengan pendapatnya.
  4. Jika pria merasa sangat memerlukan orang lain yang sangat istimewa dari teman-temannya yang lain, orang yang akan menjadi tempat mencurahakan isi hatinya dan apa-apa yang tersembunyi dalam dadanya.
  5. Jika pria siap mengahdapi rasa cemburu istrinya kelak, dan bagaimanapun tetap bekerja sama dengannya. Dan siap pula mengatasi rasa cemburunya terhadap istrinya.
  6. Jika pria telah memutus hubungan di masa lalu yang tidak patut dilanjutkan, demi menghormati kesucian pernikahannya dan kesucian istinya.
  7. Jika pria mencintai anak-anak dan ingin memiliki mereka serta memikul tanggung jawab pendidikan mereka, dengan sikap ridha menerima kehadiran mereka, dan siap menjadi kepala keluarga.
  8. Jika pria rela menerima keluarga istrinya, dan menganggap sebagai keluarga keduanya. Ia rela pula mempererat jalinan-jalinan cinta dan persaudaraan antara keluarga istrinya dengan keluarga asalnya.
  9. Jika pria siap tidak egois, bahkan memberikan pengobanan apapun, meski ia meyakini adanya perbedaan anta keluarga baru yang akan ia bangun dengan keluarga dimana ia tumbuh.
  10. Jika pria percaya diri mampu hidup sepanjang hayatnya dengan wanita yang sudah dipilihnya. Ia rela bergaul dan ikhlas berteman dengannya.
  11. Jika pria telah terbebas dari semua hal yang menjadi kesukaan buruknya, seperti mabuk-mabukkan, perjudian, atau permainan apa saja yang berdosa dan melalaikan.
  12. Jika pria siap mempercayai bahwa istirnya adalah manusia biasa. Oleh karena itu, lumrah saja jika ada beberapa aib menempel padanya, dan ia tetap mampu bergaul dengannya serta berusaha memperbaikinya dengan sabar.
  13. Jika pria siap menghadapi berbagai duri pernikahan, yang berkaitan dengan teman dan kerabat. Ini memang termasuk hal-hal yang bisa mengancam ketentraman rumah tangga, terutama jika mereka ada keinginan uantuk mencampuri urusan rumah tangga orang lain, sedang sang pria ingin mempertahankan rumah tangganya.
Setelah itu semua, yakni apabila pria tersebut telah memenuhi syarat-syarat di atas, maka dengan bertawakal kepada Allah, menikahlah dengannya. Dan, percayalah bahwa atas izin Allah ia akan bisa menjadi suami yang sangat akan membahagiakanmu. Wallahua’lam.
(esqiel/muslimahzone.com)