Alangkah Sia-Sianya Amalan Facebook Kita… (Bag.2)

Alangkah Sia-Sianya Amalan Facebook Kita… (Bag.2)

Alangkah Sia-Sianya Amalan Facebook Kita… (Bag.2)
bostinno.com
MuslimahZone.com – Bersosialisasi adalah fitrah manusia. Manusia dengan segenap potensi dalam dirinya tak dapat hidup sendiri. Ia banyak berkebutuhan dan pemenuhan kebutuhannya ada dalam interaksi sosial (muamalah). Di sini manusia akan saling menguji satu sama lain. Dan siapa yang paling tunduk pada rambu-rambu Allah dalam muamalahnya, dialah yang selamat. Dialah orang  yang beruntung dengan kemenangan yang besar.
Jejaring sosial bernama facebook ini menyediakan wadah muamalah dengan spektrum yang cukup luas -yang sebenarnya agak berlebihan dan melelahkan-  jika kita tenggelam tanpa reserve, seperangkat adab dan aturan.
Ada ‘Kesakralan’ Ukhuwah Yang Pantang Dinodai
Satu aspek dalam muamalah adalah ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah ialah bertautnya hati dan jiwa dengan ikatan akidah. Akidah adalah ikatan paling kuat dan mahal. Ukhuwah itu saudara iman dan perpecahan itu saudara kufur.
Ukhuwah adalah saat para penghuni penjara yang lain berkelahi memperebutkan selimut yang tak cukup, air yang kurang, makanan yang minim dan bangsal yang penuh sesak, mereka telah selesai menata siapa yang lebih banyak hafalan, sepenuh Al Quran, sepertiganya, setengahnya dan seterusnya. Atau yang lebih dalam dan luas ilmunya, untuk kemudian segera memulai program kuliah penjara dan lainnya. Mereka keluar dengan peningkatan prestasi hafalan Al Quran, tambahan bahasa asing dan selesai berbagai strata kuliah dengan gemilang. Kamar yang sesak tak jadi soal. Yang tidur belakangan merelakan pangkuannya menjadi bantal bagi saudaranya dan sebaliknya. Demikian uraian hikmah seorang guru.
Banyak orang bersaudara karena kesatuan suku, usaha atau partai, ormas atau jamaah. Tidak sepetutnya ukhuwah Islamiyah dibatasi oleh tembok-tembok rapuh. Astaghfirullah. Karenanya, membicarakan keburukan orang lain (ghibah), membawa berita yang menimbulkan permusuhan (namimah), serta memata-matai orang lain (tajasus) tidak serta merta menjadi halal, hanya karena mereka bukan saudara seorganisasi, hanya karena berbeda titik pandang dalam strategi perjuangan. Siapapun mereka, dalam ikatan iman, telah memiliki ‘kesakralan’ ukhuwah yang pantang dinodai.
Betapa mengerikan kelakuan beruang, singa dan harimau yang mencabik-cabik dan memakan daging mangsanya. Lebih mengerikan lagi makhluk berkerudung, berjubah, bercadar, berpeci, berkopiah, bercelana cingkrang, bersorban, berdasi, dan ‘berperadaban’ memakan daging saudaranya sendiri.
Lagi-lagi pada dimensi ini amalan facebook kita terjerembab, masuk ke dalam lubang biawak, sejengkal-sejengkal atau telak dalam sekali pukulan. Kita ikuti hawa nafsu orang-orang kafir yang tertawa di atas terpotong-potongnya tubuh kita. Tubuh kita sendiri, ukhuwah Islamiyah.
Betapa pertanyaan hipnotis berupa, What’s in your mind?, menyihir kita untuk serta merta menumpahkan ganjalan-ganjalan, kemasygulan, atau bahkan kegeraman, kejengkelan , dan olok-olokan pada saudara kita sendiri seketika emosi itu meluap. Tanpa mawas dengan hak-hak ukhuwah yang mesti kita penuhi. Tanpa menimbang terlebih dulu efek-efek yang akan terjadi akibat dari -apa yang kita namakan- status itu. Kita kunyah daging-daging saudara kita, kita ghibahi kesalahan saudara kita. Padahal yang  mereka butuhkan adalah sepotong nasihat yang tulus. Rengkuhan hangat seorang saudara yang rela berkurban sabar untuk meluruskan, seberapapun ia  terganggu dan terluka akibat kesalahan-kesalahan rekannya itu. Di sinilah mengapa aspek muamalah berefek sangat besar pada nasib kita di akhirat kelak.
Berstatemen dan mencurahkan isi hati gaya facebook dengan budaya show up per detiknya, pada situasi-situasi tertentu yang sensitif sangat mungkin menjadi pemicu saudara-saudara yang berbeda langkah saling memata-matai, saling mencari celah aib dan kelemahan. Jika memata-matai sudah menjadi halal, kondisi berikutnya tentu lebih buruk lagi. Ukhuwah tanpa tabayun (klarifikasi), ukhuwah dengan ghibah dan tajasus, hanya menyisakan hasad (kedengkian), permusuhan dan perpecahan. Perpecahan adalah saudara kufur. Ukhuwah adalah saudara iman.
Kita seperti sekor anjing yang tak segan-segan menceburkan diri ke dalam kolam untuk merebut tulang –yang tampaknya lebih besar-  dari mulut rekan, yang ternyata bayangan dirinya sendiri.  Ya, kita dan saudara seiman adalah diri yang sama. Astaghfirullahal ‘adzhim…
Seharusnya memang kita sedari awal berhati-hati, bahwa produk impor buatan kaum yang terlaknat ini lebih dari sekedar  find friend, notifikasi, message, home, poke, group, fan page, dan fitur-fitur bersosialisasi lainnya. Ia tak lain adalah alat perang. Dan ternyata kita sudah kalah perang sedari masih di dalam kamar, di depan layar, ketika persiapan perang pun hanya sekedarnya kita lakukan. Allahumma fanshurna ‘alal kaumil kafirin..Aamiin.
Amal apapun memerlukan kesungguhan untuk menunaikannya, termasuk kesungguhan berukhuwah dalam tempat bernama facebook ini. Semoga Allah memberikan kita kemawasan diri dan bashirah (kejernihan hati) agar amalan facebook kita berdaya ishlah (perbaikan) bagi apa yang kita perjuangkan bukan lagi adegan berebut tulang kemudian menyesal. Wallahu’alam wallahulmusta’an.
Masih bersambung insya Allah…
(esqiel/muslimahzone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar